Jumat, 27 April 2012

Consideration

awalnya saya sendiri yang berkomitmen untuk tidak main-main. tapi sekali nya diminta serius justru bingung sendiri. mil, bedakan antara menjaga hubungan baik dan memberi harapan. bedakan antara bersikap ramah sewajarnya dan menanggapi niat baik orang lain. bedakan antara menjadi teman dan lebih dari teman. bedakan antara tidak dan belum. bedakan ya saya siap dan ya saya siap (saat ini saja). bedakan antara keinginan pribadi dan kebaikan orang banyak. bedakan antara menjaga perasaan dan tidak mengindahkan perasaan. ini tentu bukan cuma masalah hati, jauh lebih luas daripada itu. akhlak, perilaku sungguh semua hal yang berlandaskan karena Allah adalah sebuah kebaikan yang tidak ada penggantinya. kalau ingin kebanggan lihatlah kemampuan fisik. kalau ingin kebahagiaan  lihatlah hati. kalau ingin berjalan beriringan dengan kebahagiaan yang senantiasa menaungi dengan mencurahkan perasaan lihatlah keduanya sebagai supporting unit dan seberapa takutnya dengan Allah sebagai main unit. bagaimana membekali dirinya untuk berhadapan dengan Allah nanti. mungkin saat ini rasa itu ada, tapi kl saya ingin lihat kesungguhanmu untuk menata diri menjadi orang yang lebih baik untukNya apakah saya bisa dibilang banyak menuntut. mungkin. toh jawaban itu juga tidak hanya mempengaruhi kehidupan saat ini, tapi juga masa depan. tetap saya tidak bisa menjanjikan apa-apa. karena itulah saya takut untuk sekedar bicara ya atau tidak. karena sekali berucap, kita harus konsekuen. kenapa saya justru berharap pertanyaan itu hanya untuk jangka waktu skg saja (ga konsisten XD). ada sebuah hadits yang menunjukkan bahwa jodoh bukanlah urusan yang sudah digariskan di Lauful Mahfudz, tapi hanya muamalah biasa. artinya jodoh adalah sebuah pilihan. wanita punya hak lebih untuk dapat menentukan pilihan. apakah berarti wanita itu egois dan ingin menang sendiri? tidak. karena wanita memilih orang yang akan menjadi tempat pengabdian sepanjang hidupnya. menjadi pemimpin dan pembawa kemudi keluarga ke jalur surga. sekali sudah memilih, wanita harus "tunduk". jadi harap maklum ya :D menunggu adalah hal yang sangat sulit. dan saya tidak mau penjadi penghalang untuk sebuah aktualisasi dan pencapaian seseorang. jika sudah saatnya pergi saya ikhlaskan, jika tetap tinggal berarti kesabaran yang memesona. saya sudah menyerahkan semua sama Allah yang maha membolak balikkan hati. 

bagaimana jika menjalani sebagai anak muda biasa yang ingin saling mengenal dengan sewajarnya tanpa melakukan hal-hal yang terlalu jauh? entah ini istilahnya apa, saya juga kurang tahu XD

kalau memikirkan masalah seperti ini, saya selalu ingat orang tua di rumah. tapi tidak pernah sekali pun bercerita kepada mereka. i wish they became my sharing partner

3 komentar:

Anonim mengatakan...

so wise :)

Milki Izza mengatakan...

kok aku malah merasa ga punya pendirian daripada bijaksana ya -,-

Anonim mengatakan...

hahaha iya memang lebih condong ke sikap itu

Posting Komentar