Rabu, 28 Maret 2012

Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah

Saya termasuk golongan pembaca pemula. tidak banyak buku yang telah saya baca, baik itu literatur atau karya non fiksi. Karena saya orang yang moody, teman saya sering merekomendasikan buku yang tidak terlalu ilmiah dan serius agak saya tidak perlu berpikir terlalu keras. Salah satu pengarang yang karyanya selalu saya nantikan adalah Tere Liye. Novelnya yang pertama kali saya baca adalah "Ayahku (Bukan) Seorang Pembohong" hadiah ulang tahun dari senior. Menurut saya, Tere Liye mampu menghadirkan sebuah suguhan yang ringan namun tidak murahan untuk penikmat setianya.

begitu juga dengan karya barunya yang entah sudah yang keberapa. kali ini saya tidak memilikinya, tapi hasil pinjaman dari teman. Adalah "Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah" yang telah menyita perhatian saya ketika sedang mengunjungi sebuah toko buku di daerah Bintaro. saya kira karya terbarunya Tere-Liye hanya itu, ternyata ada beberapa selain itu, di antaranya "Sunset Bersama Rosie". Butuh pertimbangan yang cukup lama untuk memutuskan mana yang harus saya beli berhubung dana yang terbatas di kantong. akhirnya "Sunset Bersama Rosie" ikut pulang bersama saya. mungkin di kesempatan lain saya akan mengulas tentang ini. 

Secara garis besar, Tere Liye selalu mengusung tema cinta dalam setiap karyanya. namun bukan sekedar cinta menye menye yang sudah sering kita dengar. lebih dari itu, dia berhasil menyinergikan hakikat cinta itu sendiri: penantian, pengorbanan, dan kesetiaan. dia ingin menyampaikan bahwa cinta tidak terbatas pada hubungan laki-laki dan perempuan yang saling menyukai. sederhana selalu mengahdirkan ketulusan dan kejujuran hati bukan? :)


"Kau, Aku, dan Sepucuk Angpao Merah" bercerita mengenai seorang bujang paling lurus di bantaran sungai Kapuas, Borno. Kerja keras dan semangatnya untuk dapat hidup lebih layak seperti mengingatkan kita bahwa hidup adalah sebuah perjuangan. bukan hanya perjuangan untuk menyambung hidup, tapi juga bayang-bayang kematian ayahnya yang tidak hanya meninggalkan luka namun pesan yang selalu dia ingat sepanjang waktu. Penulis menggambarkan Borno sebagai pemuda yang tidak pernah mengabaikan pesan dan perintah orang tuanya. sembari berkenalan dengan tokoh utama, kita juga bisa menikmati keindahan sungai Kapuas melalui imajinasi yang dibangun oleh penulis. banyak sepit dan pelampung baik yang tertambat rapi di tepian dermaga maupun yang sedang melaju membelah riak sungai. di bagian ini kita juga dibawa mengenai perjuangan warga mempertahankan sepit sebagai kebanggan di tengah serbuan pelampung (kapal modern) . 

Tidak ada yang bisa membuat kita tersenyum kecil dan memicingkan mata ketika Borno akhirnya menemukan sesuatu yang lebih indah dari sungai Kapuas. ya, wanita misterius bernama Mei yang menjatuhkan angpao merah yang akhirnya menjadi benang merah novel ini. berawal dari kekaguman kemudian berubah jadi cinta, namun tetap sederhana. mulanya malu-malu tapi penasaran. semua terasa indah ketika sudah terbiasa. sampai pada saat tanpa alasan Mei menjauh dan menghapus jejaknya untuk Borno. ya, apalah arti cerita cinta jika tidak ada intrik. begitulah yang mungkin ingin diutarakan penulis. alur cerita yang mengalir namun sesekali memunculkan bayangan masa lalu ayahnya membuat pembaca semakin penasaran. 

Rencana yang di atas pasti yang terbaik. dan semua yang tiba-tiba muncul di hadapan Borno adalah serangkaian elemen yang saling berkaitan layaknya sketsa kehidupan. pembaca akan melihat Borno di titik paling rapuh. Namun cinta adalah penantian bukan? apakah Borno pada akhirnya mendapatkan cinta pertama dan mungkin terakhirnya itu? apakah Borno akan tetap terpuruk dalam bayang-bayang kematian ayahnya? saya yakin anda akan tersenyum ketika menutup sampul novel ini :) 


jika separuh saja dari mereka pernah jatuh cinta, setidaknya akan ada satu miliar lebih cerita cinta. Yang berarti aka nada 5 kali cerita dalam setiap detik, 300 kali dalam semenit, 18.000 kali dalam setiap jam, dan nyaris setengah juta sehari-semalam, seseorang merasakan perasaan berbinar-binar, harap-harap cemas, gemetar, malu-malu menyatakan perasaannya. 



karya ini lebih berwarna dengan mengangkat kisah cinta yang sederhana, klasik, dan manis yang jarang kita temui dalam karya lainnya. dia tidak ingin menggurui kita tentang bagaimana mencintai, namun hanya ingin berbagi pentingnya cerita cinta tujuh miliar makhluk bumi saat ini juga.

0 komentar:

Posting Komentar