Senin, 26 Maret 2012

Mimpi

Sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, kita mulai dibiasakan untuk mengungkapkan apa yang menjadi keinginan kita kelak. keinginan ingin menjadi orang seperti apa, jalan hidup mana yang akan dipilih. jangan berharap lebih pada seorang siswa SD. alih-alih berpikir sistematis tentang mindmap masa depan, kita masih masa bodoh dengan hal-hal seperti itu. lebih mengasyikkan bermain petak umpet dan jamuran sambil ngecengin teman yang nulis "orang yang disukai" di buku diary. haha :D

ingat sekali dulu hanya saya yang paling carefree dibanding teman sebaya yang sudah punya dengan visi misinya ke depan. sebenarnya yang mereka tulis d kolom cita-cita biasa-biasa saja sih, dalam artian masih dalam zona most wanted figure: dokter, polisi, tentara, guru, dll, tetap sudah luar biasa bagi saya. kolom itu pun lumayan lama teronggok kosong di antara biodata diri yang lain yang sudah terisi rapi. yak! dan akhirnya saya memutuskan untuk menulis "pengusaha" dengan asal dan benar-benar tidak ada motif apa pun. kemungkinan besar saya hanya ingin dianggap beda dengan yang lain. then i'm start not to be follower


sistem penanaman impian dan cita sejak dini untuk siswa SD seperti ini menurut saya sangat bermanfaat. jadi setidaknya dari awal kita sudah punya gambaran mau jadi apa kita kelak. tentu saja dibekali dengan sosialisasi dan asistensi para guru. peran rumah juga tidak kalah penting. orang tua harus selalu mendampingi anaknya. dan kalau memungkinkan sejak dini sudah ada penjurusan untuk sekolah-sekolah. jadi ga seperti sekarang, dari SD smp SMA pelajarannya setumpuk tapi ga fokus. sama perumpamaannya seperti ngisi air di botol pake ember. lebih banyak yang tumpah daripada yang masuk.  sayangnya sampai sekarang hal itu masih belum bisa diterapkan d kurikulum pendidikan Indonesia dengan stigma yang masih konvensional dan takut akan perubahan

sebenarnya apa sih cita-cita? impian? sesuatu yang kita harapkan akan terjadi kelak di kemudian hari bukan? kalau kelak cita-cita itu tidak terwujud tapi suatu hal yang baik lainnya terjadi sm kita apakah termasuk sebuah kegagalan?

konsep cita-cita dan impian memang kadang membingungkan. kita berusaha keras untuk meraih suatu yang dulu abstrak terbersit di pikiran kita (kecuali orang-orang yang sudah punya visi). namun jika yang di atas menunjukkan jalan lain yang tidak kalah cerah, apakah kita tetap bersikukuh untuk memegang teguh cita-cita itu atau menjalani dulu alternatif jalan nasib yang baru itu?

sejujurnya, sejak SMP saya sudah mulai punya cita-cita yang konsisten, yaitu menjadi peneliti bioteknologi atau istilah lainnya engineer lah. namun saya begitu bodoh melewatkan kesempatan mendalami disiplin ilmu yang harusnya menjadi bekal saya menggapai itu. ilmu sosial dan eksak saya pas-pasan walaupun tidak bisa dibilang jelek. justru kemampuan bahasa saya yang entah tiba-tiba lebih menonjol. padahal tidak terbersit keinginan untuk jadi seorang sastrawan.

sampai SMA tren terus berlanjut. secara harfiah saya memang berada di kelas IPA, tapi ilmu alam itu belum benarpbenar merasuki jiwa ini. tidak seperti teman-teman saya yang sudah diproyeksikan jadi dokter. mereka selalu total mempelajari Fisika, Biologi, dan Kimia. praktis, saya cuma seadanya memenuhi tuntutan kelulusan dengan tidak memalukan orang tua nanti. pukulan paling telak yang pernah saya terima ketika itu try out UAN netah keberapa, saya hampir saja tidak lulus di salah satu pelajaran yang diujikan. selisih beberapa poin saja. maafkan saya yang telah mengabaikan semua nikmatMu.

tibalah ketika perjuangan mencari sekolah dimulai. perang seleksi ujian masuk benar-benar sangat sengit. tentu tidak ada yang mau mengalah demi sebuah kursi di perguruan tinggi impian. saya pun begitu. namun apa usaha saya? nyaris minimal. hanya berbekal buku-buku latihan dan soal dari internet. kebanyakan ngerjainnya selalu mengintip kunci jawaban -,- tidak heran kalau PTN sekaliber UI dan UGM tidak mengizinkan saya menjadi salah satu civitas akademikanya. padahal kurang sedikit lagi, saya bisa mewujudkan impian saya menjadi peneliti ketika saya memilih jurusan Teknik Kimia dan Ilmu Gizi untuk UI, Teknik Kimia, Farmasi (satu lagi lup) untuk UGM. mungkin saya yang tidak ngaca dengan kemampuan diri berani-beraninya memilih jurusan itu -,-

akhirnya saya terdaftar sebagai mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Airlangga. bisa dibilang ini sebuah pelampiasan dan obat malu krn ga diterima dimana-mana. dan agak setengah hati masuk. tapi semua harus dihadapi. hidup adalah pilihan. sampai ketika jalan yang dipilihkan Allah terbuka sangat indah. telepon dari anonim yang bilang saya diterima di STAN. pada waktu itu saya belum sepenuhnya gembira. sya telfon orangtua untuk meminta pertimbangan. dan saya sendiri yang memutuskan hijrah ke Jakarta.

dalam hal ini, apakah saya sudah gagal sebagai manusia yang punya visi? mungkin iya. karena saya tidak pernah bersungguh-sungguh mewujudkannya. saya hanya nothing to lose, let it flow, dan open minded. berkeyakinan bahwa semua orang punya jalan kesuksesan masing masing. tidak sedikit yang mencibir karena saya tidak diterima dimana-mana, tanpa pikir panjang langsung menerima STAN yang notabene karir mentok sebagai PNS. kesuksesan tidak sepenuhnya diukur dari materi tapi juga kebahagiaan hidup. dan saya sangat mensyukuri bisa jadi bagian dari STAN. dan saya bahagia :). boleh saja punya cita-cita & impian jika kamu konsekuen dengan usahamu. jangan pernah hilang harapan seperti yang pernah saya alami.



0 komentar:

Posting Komentar