Jumat, 30 Maret 2012

Rindu untuk Angin

inginku berada di pangkuanmu, sekarang. walau selama ini tak pernah sekali pun aku bermanja-manja kepadamu, . inginku mencium pipimu yang tidak semulus dulu, tapi aku suka. KepadaNya aku selalu meminta agar kamu terus berbahagia meskipun setiap hari harus menghadapi bocah perempuan yang seharusnya sudah beranjak dewasa lahir dan bati seperti akun.KepadaNya aku meminta pelangi akan selalu menyinari hatimu yang mendung karena kelakuanku yang kadang keterlaluan. KepadaNya aku meminta agar jangan Engkau ambil dulu kamu sebelum aku mampu mengganti perjuangan dan penderitaan dengan senyuman yang tak akan terhempas oleh waktu. bisa saja aku menggelapkan malam karena memetik bintang dan bulan hanya untukmu, tapi aku tahu bukan itu yang kamu. bertanya dalam hati "pernahkah dia bersandar kepadaku ketika letih?" "pernahkah dia menangis di depanku?" bahkan tidak sedikit pun rona wajahmu yang cerah itu memudar. entahlah ketika ku berpaling, mungkin bulir-buli airrmata itu akan turun dalam keheningan. kamu tidak hidup untuk dirimu sendiri, untuk aku, dan empat orang lain yang juga lahir dari rahimmu, serta dia yang menjadi pasangan berbagi hidup dan pemenuh separuh agamamu. aku tidak pernah bercerita mengenai hati kepadamu. tidak pernah juga aku datang ke kamarmu pkl 12 malam hanya untuk mengucapkan selamat ulang tahun. karena memang hal ini masih tabu di antara kita. tapi aku yakin kamu akan selalu memahamiku tentang cita, cinta, dan harapan. karena kita satu

Rabu, 28 Maret 2012

The Blonde


i wanna have a child like her. kyaaaa :3

Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah

Saya termasuk golongan pembaca pemula. tidak banyak buku yang telah saya baca, baik itu literatur atau karya non fiksi. Karena saya orang yang moody, teman saya sering merekomendasikan buku yang tidak terlalu ilmiah dan serius agak saya tidak perlu berpikir terlalu keras. Salah satu pengarang yang karyanya selalu saya nantikan adalah Tere Liye. Novelnya yang pertama kali saya baca adalah "Ayahku (Bukan) Seorang Pembohong" hadiah ulang tahun dari senior. Menurut saya, Tere Liye mampu menghadirkan sebuah suguhan yang ringan namun tidak murahan untuk penikmat setianya.

begitu juga dengan karya barunya yang entah sudah yang keberapa. kali ini saya tidak memilikinya, tapi hasil pinjaman dari teman. Adalah "Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah" yang telah menyita perhatian saya ketika sedang mengunjungi sebuah toko buku di daerah Bintaro. saya kira karya terbarunya Tere-Liye hanya itu, ternyata ada beberapa selain itu, di antaranya "Sunset Bersama Rosie". Butuh pertimbangan yang cukup lama untuk memutuskan mana yang harus saya beli berhubung dana yang terbatas di kantong. akhirnya "Sunset Bersama Rosie" ikut pulang bersama saya. mungkin di kesempatan lain saya akan mengulas tentang ini. 

Secara garis besar, Tere Liye selalu mengusung tema cinta dalam setiap karyanya. namun bukan sekedar cinta menye menye yang sudah sering kita dengar. lebih dari itu, dia berhasil menyinergikan hakikat cinta itu sendiri: penantian, pengorbanan, dan kesetiaan. dia ingin menyampaikan bahwa cinta tidak terbatas pada hubungan laki-laki dan perempuan yang saling menyukai. sederhana selalu mengahdirkan ketulusan dan kejujuran hati bukan? :)


"Kau, Aku, dan Sepucuk Angpao Merah" bercerita mengenai seorang bujang paling lurus di bantaran sungai Kapuas, Borno. Kerja keras dan semangatnya untuk dapat hidup lebih layak seperti mengingatkan kita bahwa hidup adalah sebuah perjuangan. bukan hanya perjuangan untuk menyambung hidup, tapi juga bayang-bayang kematian ayahnya yang tidak hanya meninggalkan luka namun pesan yang selalu dia ingat sepanjang waktu. Penulis menggambarkan Borno sebagai pemuda yang tidak pernah mengabaikan pesan dan perintah orang tuanya. sembari berkenalan dengan tokoh utama, kita juga bisa menikmati keindahan sungai Kapuas melalui imajinasi yang dibangun oleh penulis. banyak sepit dan pelampung baik yang tertambat rapi di tepian dermaga maupun yang sedang melaju membelah riak sungai. di bagian ini kita juga dibawa mengenai perjuangan warga mempertahankan sepit sebagai kebanggan di tengah serbuan pelampung (kapal modern) . 

Tidak ada yang bisa membuat kita tersenyum kecil dan memicingkan mata ketika Borno akhirnya menemukan sesuatu yang lebih indah dari sungai Kapuas. ya, wanita misterius bernama Mei yang menjatuhkan angpao merah yang akhirnya menjadi benang merah novel ini. berawal dari kekaguman kemudian berubah jadi cinta, namun tetap sederhana. mulanya malu-malu tapi penasaran. semua terasa indah ketika sudah terbiasa. sampai pada saat tanpa alasan Mei menjauh dan menghapus jejaknya untuk Borno. ya, apalah arti cerita cinta jika tidak ada intrik. begitulah yang mungkin ingin diutarakan penulis. alur cerita yang mengalir namun sesekali memunculkan bayangan masa lalu ayahnya membuat pembaca semakin penasaran. 

Rencana yang di atas pasti yang terbaik. dan semua yang tiba-tiba muncul di hadapan Borno adalah serangkaian elemen yang saling berkaitan layaknya sketsa kehidupan. pembaca akan melihat Borno di titik paling rapuh. Namun cinta adalah penantian bukan? apakah Borno pada akhirnya mendapatkan cinta pertama dan mungkin terakhirnya itu? apakah Borno akan tetap terpuruk dalam bayang-bayang kematian ayahnya? saya yakin anda akan tersenyum ketika menutup sampul novel ini :) 


jika separuh saja dari mereka pernah jatuh cinta, setidaknya akan ada satu miliar lebih cerita cinta. Yang berarti aka nada 5 kali cerita dalam setiap detik, 300 kali dalam semenit, 18.000 kali dalam setiap jam, dan nyaris setengah juta sehari-semalam, seseorang merasakan perasaan berbinar-binar, harap-harap cemas, gemetar, malu-malu menyatakan perasaannya. 



karya ini lebih berwarna dengan mengangkat kisah cinta yang sederhana, klasik, dan manis yang jarang kita temui dalam karya lainnya. dia tidak ingin menggurui kita tentang bagaimana mencintai, namun hanya ingin berbagi pentingnya cerita cinta tujuh miliar makhluk bumi saat ini juga.

Senin, 26 Maret 2012

Mimpi

Sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, kita mulai dibiasakan untuk mengungkapkan apa yang menjadi keinginan kita kelak. keinginan ingin menjadi orang seperti apa, jalan hidup mana yang akan dipilih. jangan berharap lebih pada seorang siswa SD. alih-alih berpikir sistematis tentang mindmap masa depan, kita masih masa bodoh dengan hal-hal seperti itu. lebih mengasyikkan bermain petak umpet dan jamuran sambil ngecengin teman yang nulis "orang yang disukai" di buku diary. haha :D

ingat sekali dulu hanya saya yang paling carefree dibanding teman sebaya yang sudah punya dengan visi misinya ke depan. sebenarnya yang mereka tulis d kolom cita-cita biasa-biasa saja sih, dalam artian masih dalam zona most wanted figure: dokter, polisi, tentara, guru, dll, tetap sudah luar biasa bagi saya. kolom itu pun lumayan lama teronggok kosong di antara biodata diri yang lain yang sudah terisi rapi. yak! dan akhirnya saya memutuskan untuk menulis "pengusaha" dengan asal dan benar-benar tidak ada motif apa pun. kemungkinan besar saya hanya ingin dianggap beda dengan yang lain. then i'm start not to be follower


sistem penanaman impian dan cita sejak dini untuk siswa SD seperti ini menurut saya sangat bermanfaat. jadi setidaknya dari awal kita sudah punya gambaran mau jadi apa kita kelak. tentu saja dibekali dengan sosialisasi dan asistensi para guru. peran rumah juga tidak kalah penting. orang tua harus selalu mendampingi anaknya. dan kalau memungkinkan sejak dini sudah ada penjurusan untuk sekolah-sekolah. jadi ga seperti sekarang, dari SD smp SMA pelajarannya setumpuk tapi ga fokus. sama perumpamaannya seperti ngisi air di botol pake ember. lebih banyak yang tumpah daripada yang masuk.  sayangnya sampai sekarang hal itu masih belum bisa diterapkan d kurikulum pendidikan Indonesia dengan stigma yang masih konvensional dan takut akan perubahan

sebenarnya apa sih cita-cita? impian? sesuatu yang kita harapkan akan terjadi kelak di kemudian hari bukan? kalau kelak cita-cita itu tidak terwujud tapi suatu hal yang baik lainnya terjadi sm kita apakah termasuk sebuah kegagalan?

konsep cita-cita dan impian memang kadang membingungkan. kita berusaha keras untuk meraih suatu yang dulu abstrak terbersit di pikiran kita (kecuali orang-orang yang sudah punya visi). namun jika yang di atas menunjukkan jalan lain yang tidak kalah cerah, apakah kita tetap bersikukuh untuk memegang teguh cita-cita itu atau menjalani dulu alternatif jalan nasib yang baru itu?

sejujurnya, sejak SMP saya sudah mulai punya cita-cita yang konsisten, yaitu menjadi peneliti bioteknologi atau istilah lainnya engineer lah. namun saya begitu bodoh melewatkan kesempatan mendalami disiplin ilmu yang harusnya menjadi bekal saya menggapai itu. ilmu sosial dan eksak saya pas-pasan walaupun tidak bisa dibilang jelek. justru kemampuan bahasa saya yang entah tiba-tiba lebih menonjol. padahal tidak terbersit keinginan untuk jadi seorang sastrawan.

sampai SMA tren terus berlanjut. secara harfiah saya memang berada di kelas IPA, tapi ilmu alam itu belum benarpbenar merasuki jiwa ini. tidak seperti teman-teman saya yang sudah diproyeksikan jadi dokter. mereka selalu total mempelajari Fisika, Biologi, dan Kimia. praktis, saya cuma seadanya memenuhi tuntutan kelulusan dengan tidak memalukan orang tua nanti. pukulan paling telak yang pernah saya terima ketika itu try out UAN netah keberapa, saya hampir saja tidak lulus di salah satu pelajaran yang diujikan. selisih beberapa poin saja. maafkan saya yang telah mengabaikan semua nikmatMu.

tibalah ketika perjuangan mencari sekolah dimulai. perang seleksi ujian masuk benar-benar sangat sengit. tentu tidak ada yang mau mengalah demi sebuah kursi di perguruan tinggi impian. saya pun begitu. namun apa usaha saya? nyaris minimal. hanya berbekal buku-buku latihan dan soal dari internet. kebanyakan ngerjainnya selalu mengintip kunci jawaban -,- tidak heran kalau PTN sekaliber UI dan UGM tidak mengizinkan saya menjadi salah satu civitas akademikanya. padahal kurang sedikit lagi, saya bisa mewujudkan impian saya menjadi peneliti ketika saya memilih jurusan Teknik Kimia dan Ilmu Gizi untuk UI, Teknik Kimia, Farmasi (satu lagi lup) untuk UGM. mungkin saya yang tidak ngaca dengan kemampuan diri berani-beraninya memilih jurusan itu -,-

akhirnya saya terdaftar sebagai mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Airlangga. bisa dibilang ini sebuah pelampiasan dan obat malu krn ga diterima dimana-mana. dan agak setengah hati masuk. tapi semua harus dihadapi. hidup adalah pilihan. sampai ketika jalan yang dipilihkan Allah terbuka sangat indah. telepon dari anonim yang bilang saya diterima di STAN. pada waktu itu saya belum sepenuhnya gembira. sya telfon orangtua untuk meminta pertimbangan. dan saya sendiri yang memutuskan hijrah ke Jakarta.

dalam hal ini, apakah saya sudah gagal sebagai manusia yang punya visi? mungkin iya. karena saya tidak pernah bersungguh-sungguh mewujudkannya. saya hanya nothing to lose, let it flow, dan open minded. berkeyakinan bahwa semua orang punya jalan kesuksesan masing masing. tidak sedikit yang mencibir karena saya tidak diterima dimana-mana, tanpa pikir panjang langsung menerima STAN yang notabene karir mentok sebagai PNS. kesuksesan tidak sepenuhnya diukur dari materi tapi juga kebahagiaan hidup. dan saya sangat mensyukuri bisa jadi bagian dari STAN. dan saya bahagia :). boleh saja punya cita-cita & impian jika kamu konsekuen dengan usahamu. jangan pernah hilang harapan seperti yang pernah saya alami.



Minggu, 25 Maret 2012

Silent



Hanya karena aku tak membahasakanmu, bukan berarti aku melupakanmu. aku hanya sedang menata posisimu (dan aku) 

Firework

mata saya selalu berbinar setiap kali mendengar kata ini layaknya sinarnya yang mampu membinarkan langit malam yang muram. saya selalu menanti kesempatan menontonnya langsung di mana pun acaranya diadakan. untuk sebagian orang, mungkin saya sudah tergolong freak. membayangkan ratusan luncuran ke lazuardi yang membuatnya merekah merah, kuning, hijau dengan segala macam penampakannya saja sudah berhasil membuat hati ini membuncah. jadilah saya seorang firework hunter. haha. it seems more interesting than you can imagine :)

entah ini bisa dianggap elemen kegalauan saya atau engga (does it really exist, element of galau?) yang pasti setiap melihatnya seperti ada portal yang tiba-tiba memutar kembali kilatan-kilatan cerita masa lampau. cerita yang membuat kita tersenyum sendiri. padahal ga ada satu pun dari cerita tersebut yang ada hubungannya sama kembang api. none of them. mungkin saya yang terlalu melodramatic, menganggap semua kejadian dalam hidup ini adalah sebuah rangkaian skenario film yang setiap adegannya dikondisikan sesempurna mungkin. actually, we need obstacles to feel more grateful of this life.

lanjut ke topik awal, kembang api. kesan pertama dgn kembang api entah berapa tahun yang lalu, seinget saya ketika itu masih duduk d bangku SMP. ketika malam tahun baru, as usual saya ga pernah beranjak dari rumah hanya untuk merayakan pergantian kalender bersama teman-teman. keluarga selalu dan tetap menjadi nomor satu. alhasil malam itu berkumpul lah para sepupu d rumah saya yang selalu menjadi langganan tempat kumpul siapa pun (bahkan menjadi tempat parkir warung nasi gandul depan rumah ketika sedang ramai :l)

berbagai macam kembang api kami beli, baik itu yang ecek-ecek macam yang di tangan, sampe yang berbentuk roket gede. ada juga yang bentuknya kupu-kupu dan bunga tetes. layaknya remaja yang masih labil, beberapa kami lari-lari di halaman depan. sedangkan yang lebih tua atau yang terpaksa dianggap tua bakar jagung :9

mulailah pertama kembang api model kupu-kupu disulut. keunikannya adalah dia akan mengejar siapa saja yang mendekatinya, tingkahnya lebih mirip tikus yang punya buntut roket daripada kupu-kupu. selanjutnya bergantian bunga tetes dan yang terakhir roket. seperti pepatah mengatakan save the best for the last. benar-benar meriah sekali langitnya ketika itu. kami bahkan hampir tidak berkedip. seperti kumpulan permen yang jatuh namun tidak sampai ke tanah. seperti bintang yang berhamburan d angkasa :))

pengalaman bersama kembang api mungkin cm lewat televisi, ketika tahun baru d monas. ga kebayang berapa uang yang harus dikeluarkan untuk menyajikan kembang api sekaliber itu. sekana seluruh langit jakarta mendapatkan sumber cahaya baru, merah merekah.

ultah d Central Park juga tidak kalah heboh dan berkesan. dengan pengorbanan pergi dari siang sampe pulang tengah malam, kami merasa tidak rugi sama sekali. apalagi sambil diiringi suara Dygta dan temannya d Yovie Nuno. sangat menenangkan, dan menyentuh :) salut dnegan panitia nya juga

kampus pun tidak mau kalah untuk menyuguhkan rentetan kembang api yang mungkin akan selalu dikenang oleh seluruh penontonnya. kala itu acara puncak STAN Festival, panitia lebih memilih kembang api daripada mengundang bintang tamu yang bonafid. menurutku itu alternatif yang bagus untuk menghindari selisih paham tentang pemilihan bintang tamu. semua orang punya selera musiknya masing-masing tapi semua orang pasti suka dengan kembang api. hampir satu jam satu per satu luncuran kembang api menjulang ke langit Ali Wardhana. orang-orang tidak berhenti berdecak kagum, walaupun tidak sedikit pula yang mencibir "duit kok dibakar-bakar sih?" yah selalu ada pro kontra kan?

malam ini saya akan menonton kembang api lagi di kampus. semoga kali ini tidak kalah mengesankan. apalagi setahun ini banyak cerita yang selalu indah untuk dikenang. pasti element of galau nya bereaksi dengan efektif. tidak sekedar menikmati kembang api sebagai hiburan, tapi wujud syukur karena masih bisa menikmati semua ini dgn sehat dan membayangkan impian saya yang telah tersusun rapi semoga bisa terwujud suatu saat nanti seperti kembang api itu yang membuncah ketika dia sudah sampai di langit yang tinggi. aku pun begitu. suatu saat nanti :)



Minggu, 18 Maret 2012

Everlasting Love


Being not able to say sweety and humble things to you, action will represent much more words than just saying. as long as this short life, i will always love you :*

The Daydreamer

Milki Izza adalah seorang pemimpi. there’s no doubt for that. dua puluh empat jam sehari mungkin tidak cukup untuk membuatnya tersadar akan kebiasaan bermimpinya. Bagaimana dia setelah lulus STAN ? bagaimana dia menjalani kehidupan barunya sebagai wanita dewasa yang bebas membawa dirinya, menjadi seorang perfeksionis idealis, dan rumit. kerja selama dua tahun menebus janji dengan pemerintah, lalu mulai menggapai impian pendidikan yang lebih tinggi. dia harus masuk ekstensi di Universitas Indonesia disiplin ilmu Akuntansi, tidak cukup hanya mengikuti arus dan bermain di comfort zone D IV. 
Memanfaatkan sisa waktu antara kerja, kuliah, dan kadang bertafakkur bersama teman dan keluarga, dia mengukir kata demi kata demi sebuah impian lain: penulis lepas buku tentang motivasi. Dia percaya bahwa setiap jejak kehidupan yang pernah dia tinggalkan adalah hasil kerja samanya bersama Allah. Allah yang tidak akan mengubah nasib kaumnya jika bukan dia sendiri yang berusaha mengubahnya. jejak kehidupan yang entah itu setitik nilai yang patut dibagi kepada orang lain.
kuliah, kerja, menulis ? tidak cukup. dia akan berburu beasiswa untuk sebuah mimpi yang lain: menapakkan kaki di tanah asing. bukan sekedar sebagai turis yang hanya mengagumi keindahan alam dan objek wisata, dia ingin merasakan kultur belajar dan cara bertahan hidup. long lifetime education, long lifetime achievement. Inggris! she ‘ll be there! 
target usia 24 tahun, dia tidak lagi sendiri menggapai impian-impian. pemimpin, motivator, role model, partner diskusi, berbagi kebahagiaan dan kesedihan, dan pribadi yang melihat apa adanya dia, semoga :)
tidak ada yang spesial. Dia mudah bergaul dan beradaptasi dengan berbagai jenis individu maupun komunitas. dia tidak pernah menomorsatukan teman. karena baginya mereka hanya orang yang tiba-tiba muncul di antara kehidupan kita karena suatu keadaan yang membuatnya harus bersama dalam periode tertentu. setelahnya, mereka akan menjalani rute kehidupannya sendiri-sendiri. dia percaya hal tersebut. banyak that friendship thing bertahan lama, baginya teman ttp sbg motivasi dan sandaran di saat dia menjalani terjalnya jalan hiburan. keluarga lah yang harusnya diperjuangkan sampai akhir. karena mereka yang selalu ada di sisi kita kapan pun, dan bagaimana kita menjadi ‘orang’ dari awalnya tidak apa-apa.  
tiga tahun menjadi jurnalis kampus tidak membuatnya sering menghasilkan tulisan-tulisan yang bermanfaat bahkan untuk diri sendiri sekali pun. malas dan takut. dua hal yang selalu membayangi kehidupan kuliahnya. menjadikannya stuck dengan kemampuan di level itu. 
mulai hari ini dia akan merangkai asa itu. bukan untuk orang lain, tapi untuk dirinya sendiri