Minggu, 18 Maret 2012

The Daydreamer

Milki Izza adalah seorang pemimpi. there’s no doubt for that. dua puluh empat jam sehari mungkin tidak cukup untuk membuatnya tersadar akan kebiasaan bermimpinya. Bagaimana dia setelah lulus STAN ? bagaimana dia menjalani kehidupan barunya sebagai wanita dewasa yang bebas membawa dirinya, menjadi seorang perfeksionis idealis, dan rumit. kerja selama dua tahun menebus janji dengan pemerintah, lalu mulai menggapai impian pendidikan yang lebih tinggi. dia harus masuk ekstensi di Universitas Indonesia disiplin ilmu Akuntansi, tidak cukup hanya mengikuti arus dan bermain di comfort zone D IV. 
Memanfaatkan sisa waktu antara kerja, kuliah, dan kadang bertafakkur bersama teman dan keluarga, dia mengukir kata demi kata demi sebuah impian lain: penulis lepas buku tentang motivasi. Dia percaya bahwa setiap jejak kehidupan yang pernah dia tinggalkan adalah hasil kerja samanya bersama Allah. Allah yang tidak akan mengubah nasib kaumnya jika bukan dia sendiri yang berusaha mengubahnya. jejak kehidupan yang entah itu setitik nilai yang patut dibagi kepada orang lain.
kuliah, kerja, menulis ? tidak cukup. dia akan berburu beasiswa untuk sebuah mimpi yang lain: menapakkan kaki di tanah asing. bukan sekedar sebagai turis yang hanya mengagumi keindahan alam dan objek wisata, dia ingin merasakan kultur belajar dan cara bertahan hidup. long lifetime education, long lifetime achievement. Inggris! she ‘ll be there! 
target usia 24 tahun, dia tidak lagi sendiri menggapai impian-impian. pemimpin, motivator, role model, partner diskusi, berbagi kebahagiaan dan kesedihan, dan pribadi yang melihat apa adanya dia, semoga :)
tidak ada yang spesial. Dia mudah bergaul dan beradaptasi dengan berbagai jenis individu maupun komunitas. dia tidak pernah menomorsatukan teman. karena baginya mereka hanya orang yang tiba-tiba muncul di antara kehidupan kita karena suatu keadaan yang membuatnya harus bersama dalam periode tertentu. setelahnya, mereka akan menjalani rute kehidupannya sendiri-sendiri. dia percaya hal tersebut. banyak that friendship thing bertahan lama, baginya teman ttp sbg motivasi dan sandaran di saat dia menjalani terjalnya jalan hiburan. keluarga lah yang harusnya diperjuangkan sampai akhir. karena mereka yang selalu ada di sisi kita kapan pun, dan bagaimana kita menjadi ‘orang’ dari awalnya tidak apa-apa.  
tiga tahun menjadi jurnalis kampus tidak membuatnya sering menghasilkan tulisan-tulisan yang bermanfaat bahkan untuk diri sendiri sekali pun. malas dan takut. dua hal yang selalu membayangi kehidupan kuliahnya. menjadikannya stuck dengan kemampuan di level itu. 
mulai hari ini dia akan merangkai asa itu. bukan untuk orang lain, tapi untuk dirinya sendiri


 

0 komentar:

Posting Komentar