Jumat, 27 Juli 2012

Sebatas Kata 2

"Nak, pernahkah kau berpikir bahwa hidup ini bukan soal pilihan? karena jika hidup hanya sebatas pilihan, bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu?"

-Tere Liye- Berjuta Rasanya- 

Rabu, 25 Juli 2012

The Meaning Of Ijab

Saat akad nikah : "aku terima nikah nya si dia binti ayah si dia dgn Mas kawin......."
Singkat, padat, dan jelas.
Tapi tahukah makna dalam "perjanjian/ikrar" tersebut?



"Maka aku tanggung dosa-dosanya si dia dari orang tua nya, dosa apa saja yg telah dia lakukan dari tidak menutup aurat hingga meninggalkan sholat. Semua yg berhubungan dengan si dia, aku tanggung dan bukan lagi orang tua nya yang menanggung, serta akan aku tanggung semua dosa calon anak-anakku".

Jika aku GAGAL?

"Maka aku adalah suami yang fasik, ingkar, dan rela masuk neraka, aku rela malaikat menyiksaku hingga hancur tubuhku'' (HR. Muslim).
------------
Duhai para istri,
Begitu berat nya pengorbanan suami mu terhadapmu..
Karena saat Ijab terucap,
Arsy-Nya berguncang karena beratnya perjanjian yg dibuat oleh manusia di depan RABB nya,
Dengan disaksikan para malaikat dan manusia,
maka andai saja kau menghisap darah dan nanah dari hidung suamimu,
maka itu pun belum cukup untuk menebus semua pengorbanan suami kepadamu.

*wahai calon suamiku kelak, kamu sudah membacanya kan? semoga kamu selalu diberkahi dan mempunyai komitmen untuk membawa keluarga bersama ke surga :)

Selasa, 24 Juli 2012

Sebatas Kata

Hal yang menyakitkan adalah hal yang semakin mendewasakan diri

Senin, 23 Juli 2012

Love Meets Logic

thanks for loving and being loved, I must be blessed
anugerah terbesar tentu jika kita dicintai oleh Allah sebagaimana kita mencintaiNya

saya pun belum menjadi manusia yang lebih baik, mengapa harus menuntut orang untuk jadi lebih baik? live my own life well, then mind the other's. toh arti baik itu pun sangat universal. asal tidak merugikan orang lain dan tidak menghancurkan diri sendiri, itu sudah termasuk baik bukan?. namun definisi lebih baik itu menjadi sangat sempit bagi seorang Milki. baik dalam arti yang bersikap seperti ini, tidak pernah melakukan itu, bertutur kata seperti ini, punya itu, mampu mencapai ini dan itu. dan Milki menjadi orang paling egois penuntut di dunia ini. saya sadar itu
"Aku tidak mungkin membuat orang menunggu selama itu dengan tingkat kepastian yang bahkan aku sendiri tidak bisa memastikannya"

selalu kalimat itu yang tidak pernah lepas dari pikiran ketika sedang berpikir tentang masa depan. dan hampir setiap waktu saya memikirkan kabar masa depan saya nanti. ketika saya memintanya memenuhi kriteria tertentu, berarti saya juga harus siap berubah. lalu apa yang sudah saya persiapkan? nothing. it seems more unfair. 

"i'm preparing myself to accept person who suits me well. i have no idea whether he really suits me or not"

"bukankah memang di dalam hubungan interpersonal selalu ada ketidakadilan?Di dalam teamwork, selalu ada anggota yang menonjol dalam tim. Di dalam keluarga, selalu ada yang menjadi tulang punggung penghidupan dan imam. dua hal yang serupa tapi tidak sama. yang pertama adalah murni karena kemampuannya. yang kedua karena memang sudah jadi hukum Allah kalau suami selalu yang lebih tinggi posisinya, walaupun dengan istri sehebat apa pun di luar sana. dia tetaplah wanita yang harus selalu siap melayani dan patuh jika di rumah.

pernah seorang teman berkata
"wanita memang seharusnya menjadi seorang pemilih Mil. karena kewajibannya setelah itu adalah mengabdi. pertaruhannya sangat besar. dan itu bukan main-main. kita analogikan dengan cerita burung manyar yang dulu pernah aku ceritain"

saya benar-benar paham dengan hal itu. namun ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan. jika ada tagline sinetron "kita bisa hidup hanya dengan cinta", mungkin itu satu banding satu juta orang yang ada di bumi. dari tiap tiap itu mungkin hanya sepersekian yang mendapatkan kebahagiaan yang abadi. saya memang konservatif. atau termasuk orang yang hanya cari aman? entahlah

tidak bisa menutup mata antara batasan perasaan dan logika. namun saya tidak bisa membedakan mana yang lebih besar proporsinya. mungkin karena terbawa gen ibu yang selalu ingin tahu latar belakang orang yang dikenal, saya jadi ikut concern dgn urusan pribadi orang lain. bagaimana keluarganya? kerja dimana? punya kakak adik berapa? itu pendukung. yang utama jelas mengenai tingkat pengetahuan agamanya. lalu pendidikan formalnya. lalu sifat dan wataknya. baru latar belakang keluarga. family matter is great, right? when we marry, we will embrace two family in a unity.

semoga saya bukan termasuk golongan orang-orang yang selalu berpikiran buruk. 

akhirnya
"kalau berjodoh pasti akan dipertemukan kembali dengan keadaan yang telah membuat kalian yakin satu sama lain. tidak ada lagi keraguan"

itu pesan singkat penutup teman yang saya ingat.

atau

"we deserved each the better one" 





Sabtu, 14 Juli 2012

Competence and Courage


ketika pulang untuk studi lapangan, saya berkesempatan berlatih menyetir lagi. padahal hanya mobil matic, masih belum bisa menyesuaikan dan memberanikan diri. bingung ketika diminta harus memperhatikan kaca spion kanan, kiri, dan atas. kalau akan belok kiri, kita harus memperhatikan kaca spion sebelah kiri untuk mengantisipasi datangnya motor atau mobil yang menyerobot tiba-tiba. begitu juga sebaliknya. belum lagi ketika berencana untuk mendahului, jangan asal menyalip tanpa strategi dan nyali yang kuat. pernah suatu hari saya dan mas disetirin oleh ibuk yang notabene juga seorang newbie di bidang per-kemudi-an hampir menabrak truk gandeng ketika sedang menyalip. dalam hal ini ibu sudah memiliki keberanian namun belum cukup kemampuan. alhamdulillah ketika itu mas dengan sigap meminta beliau untuk minggir dan bergantian posisi. untungnya saya sedikit lebih mahir daripada ibu. itu bukan penilaian subjektif karena ini hasil dari pendapat Bapak dan mas-mas saya yang setia menjadi pelatih :)


menurut saya, kompetensi dan keberanian merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan terutama dalam hal berkendara. awalnya kita harus mengerti dasar-dasar pengetahuan tentang bagaimana berkendara yang baik di jalan, termasuk ilmu tentang komponen apa saja yang harus kita perhatikan ketika kita duduk di belakang kemudi. selanjutnya, kita tidak akan mampu untuk terjun langsung ke lapangan jika tidak mempunyai keberanian dan jiwa 'nekat'. ketiga mas saya mahir nyetir mobil karena terbiasa berlatih dan gagal. dengan kegagalannya itu justru membuat mereka nothing to lose dan semakin 'nekat'. akhirnya mereka menemukan pola terbaik untuk meminimalisasi kegagalan itu. seperti resiko, kita tidak bisa menghilangkan sepenuhnya, tapi bisa dikurangi sebisa mungkin.


sementara saya sendiri masih setengah setengah. kompetensi ya seadanya, keberanian ya masih setengah hati. keberanian yang berlebihan akan membuat sifat angkuh. peraturan di jalanan adalah kita tidak boleh mau menang sendiri. hargai pengguna jalan yang lain. tapi masih seringkali kesal dengan ulah pengendara motor yang berjalan di tengah dan tidak bergeming atau mobil yang tidak rela untuk disalip tapi kecepatannya nanggung. pengguna jalan iu harus rendah hati walaupun dia sudah menguasai skill mengemudi dengan baik:) 


sebenarnya pengen juga belajar mobil yang manual, tapi kata Bapak belum saatnya. padahal baru disebut mobil yang ada koplingnya. kl cuma gas dan rem apa bedanya sama motor, tidak menantang. tapi karena Bapak yang bilang ya sendhiko dhawuh saja. toh yang matic aja belum mahir-mahir banget. masih sering kaget dengan bunyi klakson mobil di belakang padahal itu di posisi lampu merah yang belum ada sedetik 'menghijau' sekedar mengingatkan, klakson tidak akan membuat lampu merah seketika berubah hijau :l satu lagi hal yang masih butuh pengalaman adalah pada saat memarkir mobil. saya benar-benar belum bisa memperkirakan seberapa panjang dan lebar mobil ini untuk diberikan ruang yang ckup untuk parkir. ini biasanya terjadi ketika parkir di mall yang penuh. saya menyerah dan langsung diambil alih mas. belum lagi ada parkir yang muter-muter ke atas. 


entah melihat begitu kerasnya saya berlatih atau begitu kerasnya rengekan saya untuk segera mendapat legalitas mengemudi, Bapak memperbolehkan saya membuat SIM C. meskipun bukan melalui tes mengemudi, insya Allah saya siap jadi supir untuk medan-medan yang tidak terlalu sulit. saya selalu menjadi tandem untuk Ibu yang tekadnya lebih besar untuk bisa mandiri lagi memenuhi kebutuhan rekreatif tanpa bergantung dengan Bapak dan mas. saya turut bangga Ibu menjadi satu-satunya guru perempuan di sekolahnya yang bisa mengemudi, walaupun masih dag dig dug juga :B kami hanya butuh sedikit polesan untuk membuat skill mengemudi lebih meningkat. asal tekad itu ga kendor. practice makes perfect :)


SIM itu merupakan kebanggan sekaligus tanggung jawab yang besar untuk mengemudi dengan lebih berbudi dan rendah hati, betul? :)