Senin, 27 Mei 2013

Tuan Puteri di Negeri Realita


kenapa hampir semua orang menyebut rumah adalah tempat ternyaman yang ada di dunia? karena di sanalah tempat kenangan itu berada, suka duka, dan segala komponen kehidupan yang membuat kamu ada melalui kehendakNya, Bapak, Ibu, dan juga saudara yang akan sangat dirindukan kejahilan dan keributannya. tapi bukan itu yang akan saya sorot dalam tulisan ini. banyak orang yang memilih menghabiskan liburan di rumah. mengapa? karena mereka ingin ketenangan batin setelah menjalani penatnya dinamika karir yang tak kunjung menaikkan derajat ekonomi dan sosial (bagi sebagian orang) :p

ketenangan batin disini bisa berarti penyegaran pikiran dengan suasana yang sudah lama dinantikan di tempat perantauan. atau ketenangan dalam arti tidak ingin direpotkan dengan masalah sehari-hari yang biasanya terjadi di rumah kontrakan dan kos-kosan yang semuanya harus dilakukan sendiri. betul tidak? ketika kita sedang merantau atau mencari ilmu di 'negeri seberang' apa yang akan dibutuhkan pertama kali? kemandirian kemudian keberanian untuk mampu mengambil keputusan dan menjalani kehidupan sesuai apa yang tertulis di life planning mereka. urusan rumah tangga yang dijalankan oleh istri dan ibu pun harus bisa kita lakukan walaupun orang tersebut masih single. bukan masalah berarti bagi orang yang sudah terbiasa melakukannya di rumah, menyapu, mengepel, bersih-bersih kamar, mencuci, memasak, dll.  bagaimana dengan orang yang terlahir sebagai seorang raja yang selalu dilayani dan 'dipuk-pukin' sebelum tidur? adalah sebuah bencana besar bagi kemanusiaan :p manja dan menye menye tidak akan berlaku jika kamu harus memperjuangkan hidupmu sendiri. tidak ada orang yang peduli. ada mungkin tapi tidak akan ada untuk setiap saat. saya yakin itu. yang ada setiap saat hanyalah Allah dan keluarga.

nah ketika kita sudah sampai di rumah, beban itu kita letakkan sejenak. kita bisa berleha-leha menikmati libur tanggal merah atau weekend yang begitu berharga dan begitu susah diperjuangkan. sayangnya kita, maksudnya saya tidak menyadari bahwa beban itu tidak lantas hilang, tapi akan berpindah ke tempat lain. apalagi status sebagai anak terakhir yang sebenarnya mereka itu kurang kasih sayang. makanya mungkin mereka menginginkan penggantian yang lebih besar ketika sudah dewasa.jadi mereka akan cari perhatian dengan orang-orang di sekitarnya. ehem ini bisa dibilang curahan anak teri (terkecil) seperti saya. entahlah kalian akan menyebutnya sebagai sebuah pembenaran atau rasa kurang bersyukur atas nikmatNya. 

selama berbulan-bulan di rumah, saya merasakan benar nikmatnya menghabiskan masa reses tanpa harus bersusah payah mengotori tangan dengan pekerjaan dapur. voilaaaa! terima kasih sekali kepada asisten rumah tangga satu-satunya di rumah 'Hulk' ini, De Ngat. perempuan paruh baya yang sudah 2 tahun lebih mengabdikan diri bersama kami mempunyai peranan besar dalam berlangsungnya kepulan asap di dapur, berputarnya mesin cuci, berkilaunya lantai dan halaman. itu dilakukan dengan one man show.

nah mau apa lagi kalo kami sudah punya seseorang yang bisa diandalkan setiap saat? itu lah yang menghadirkan atau melanggengkan sifat malas yang sudah tertanam di pikiran ini. sebenarnya saya membantu kalau urusan pemenuhan gizi. karena semenjak saya di rumah, saya sudah seperti kepala bagian urusan rumah tangga. yang menentukan menu sarapan dan makan siang (karena makan malam biasanya sisa makan siang yang diangetin), yang membuat repot dengan menjadikannya sebagai asisten chef dadakan ketika saya sedang mencoba resep baru di internet. De Ngat bagian bersih-bersih, saya bagian mengotori. karena sangat cekatan saya tidak pernah merasa kalau dia sedang dalam good or bad condition.

sampai pada suatu saat dia mengeluh hidungnya mampet dan kepala nyut-nyutan. saya carikan paracetamol do tempat obat. saya kira itu masalah sepele karena sakit biasa. ternyata efeknya panjang. De Ngat tidak pernah mengeluh ke orang rumah tentang apa yang mengganjal di pikirannya, kecuali jika ada urusan mendesak, sejurus kemudian De Ngat mengajukan cuti bersyarat. pulang ke rumah dengan syarat harus balik ke sini di awal minggu dengan pemberangkatan bus pertama dari rumahnya. De Ngat justru menceritakan uneg-unegnya ke orang lain, yaitu bu lek. walaupun masih keluarga tapi tetap saja orang luar. saya merasa sakit karena bu lek cerita ke mbak bahwa dia kecapekan sekali, banyak yang harus dikerjakan, dan tidak ada yang membantu sama sekali.

saya sakit karena kenapa tidak cerita langsung. mungkin De Ngat takut dimarahi. tapi dari situ saya menyadari betapa Queen syndrome nya saya. walaupun di rumah ada kakak ipar yang sama queen nya. tapi saya merasa bertanggung jawab atas kekecewaannya terhadap perilaku kami yang bossy :(  

apakah kepekaan saya sudah mati, atau memang saya menutup mata dan kuping rapat-rapat atas seluruh kewajiban sebagai penghuni rumah itu. milki, begini kamu mau jadi istri dan ibu yang baik untuk keluargamu kelak? apa jadinya rumahmu! aaaah 
maaf ya De Ngat, aku akan berusaha mengaktifkan kembali syaraf-syaraf kepekaanku untuk membantumu. bisa jauga sebagai sarana membakar lemak yang mulai mengakuisisi tubuhku ini :l

3 komentar:

Unknown mengatakan...

My first thank you for the article photos on this site.
my likes see it, however sorry I did not accidentally daydreaming here and I also did not know because what ...
hopefully can inspire many people. success always

Anonim mengatakan...

lebih peka mil, ketika kamu ingin lebih menghargai orang, tempatkanlah dirimu di dirinya. Itu ilmuku untuk bisa lebih menghargai orang, berdasarkan pengalaman dari orang orang sih (Di kereta, bus, terminal, kantoran etc) tetap ada gap kecil antara yang diatas dan dibawah, gimana nyiasatinnya? jadikan orang itu sebagai partner kita, sahabat. gap itu akan hilang, tapi rasa hormat dan menhargai bertambah. IMHO :)
*salah satu cuplikan di novel Tere Liye "Rembulan Tenggalam di Wajamu" juga mengatakan seperti itu. Ketika ingin mendapatkan keloyalan bawahan(gk sreg sbenernya sama bawahan,kalo pekerja lebih sreg) yang tak terhingga, perhatikan bagian kecil hidupnya yg tak pernah tersentuh oleh atasan.
:D keep your spirit on to be a good wife and mother :)Dont you dare to give up :p

Milki Izza mengatakan...

i'm trying ngga. kadang peka kadang acuh. kadang baik kadang jutek. harus segera diperbaiki nih. kadang berpikir sebenarnya bisa melakukan pekerjaan itu, tp karena sudah ada orang lain ya ga jadi. lama kelamaan menjadi asing trus ga bisa. manja kok dipelihara ya.

btw, aku udah lupa ceritanya Rembulan Tenggelam di Wajahmu. haha.

semoga aku bisa lebih concern dan ga jadi ignorant lagi (:

cie yg habis update blog. komenin satu2 dong postku :p

Posting Komentar