Sabtu, 14 Juli 2012

Competence and Courage


ketika pulang untuk studi lapangan, saya berkesempatan berlatih menyetir lagi. padahal hanya mobil matic, masih belum bisa menyesuaikan dan memberanikan diri. bingung ketika diminta harus memperhatikan kaca spion kanan, kiri, dan atas. kalau akan belok kiri, kita harus memperhatikan kaca spion sebelah kiri untuk mengantisipasi datangnya motor atau mobil yang menyerobot tiba-tiba. begitu juga sebaliknya. belum lagi ketika berencana untuk mendahului, jangan asal menyalip tanpa strategi dan nyali yang kuat. pernah suatu hari saya dan mas disetirin oleh ibuk yang notabene juga seorang newbie di bidang per-kemudi-an hampir menabrak truk gandeng ketika sedang menyalip. dalam hal ini ibu sudah memiliki keberanian namun belum cukup kemampuan. alhamdulillah ketika itu mas dengan sigap meminta beliau untuk minggir dan bergantian posisi. untungnya saya sedikit lebih mahir daripada ibu. itu bukan penilaian subjektif karena ini hasil dari pendapat Bapak dan mas-mas saya yang setia menjadi pelatih :)


menurut saya, kompetensi dan keberanian merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan terutama dalam hal berkendara. awalnya kita harus mengerti dasar-dasar pengetahuan tentang bagaimana berkendara yang baik di jalan, termasuk ilmu tentang komponen apa saja yang harus kita perhatikan ketika kita duduk di belakang kemudi. selanjutnya, kita tidak akan mampu untuk terjun langsung ke lapangan jika tidak mempunyai keberanian dan jiwa 'nekat'. ketiga mas saya mahir nyetir mobil karena terbiasa berlatih dan gagal. dengan kegagalannya itu justru membuat mereka nothing to lose dan semakin 'nekat'. akhirnya mereka menemukan pola terbaik untuk meminimalisasi kegagalan itu. seperti resiko, kita tidak bisa menghilangkan sepenuhnya, tapi bisa dikurangi sebisa mungkin.


sementara saya sendiri masih setengah setengah. kompetensi ya seadanya, keberanian ya masih setengah hati. keberanian yang berlebihan akan membuat sifat angkuh. peraturan di jalanan adalah kita tidak boleh mau menang sendiri. hargai pengguna jalan yang lain. tapi masih seringkali kesal dengan ulah pengendara motor yang berjalan di tengah dan tidak bergeming atau mobil yang tidak rela untuk disalip tapi kecepatannya nanggung. pengguna jalan iu harus rendah hati walaupun dia sudah menguasai skill mengemudi dengan baik:) 


sebenarnya pengen juga belajar mobil yang manual, tapi kata Bapak belum saatnya. padahal baru disebut mobil yang ada koplingnya. kl cuma gas dan rem apa bedanya sama motor, tidak menantang. tapi karena Bapak yang bilang ya sendhiko dhawuh saja. toh yang matic aja belum mahir-mahir banget. masih sering kaget dengan bunyi klakson mobil di belakang padahal itu di posisi lampu merah yang belum ada sedetik 'menghijau' sekedar mengingatkan, klakson tidak akan membuat lampu merah seketika berubah hijau :l satu lagi hal yang masih butuh pengalaman adalah pada saat memarkir mobil. saya benar-benar belum bisa memperkirakan seberapa panjang dan lebar mobil ini untuk diberikan ruang yang ckup untuk parkir. ini biasanya terjadi ketika parkir di mall yang penuh. saya menyerah dan langsung diambil alih mas. belum lagi ada parkir yang muter-muter ke atas. 


entah melihat begitu kerasnya saya berlatih atau begitu kerasnya rengekan saya untuk segera mendapat legalitas mengemudi, Bapak memperbolehkan saya membuat SIM C. meskipun bukan melalui tes mengemudi, insya Allah saya siap jadi supir untuk medan-medan yang tidak terlalu sulit. saya selalu menjadi tandem untuk Ibu yang tekadnya lebih besar untuk bisa mandiri lagi memenuhi kebutuhan rekreatif tanpa bergantung dengan Bapak dan mas. saya turut bangga Ibu menjadi satu-satunya guru perempuan di sekolahnya yang bisa mengemudi, walaupun masih dag dig dug juga :B kami hanya butuh sedikit polesan untuk membuat skill mengemudi lebih meningkat. asal tekad itu ga kendor. practice makes perfect :)


SIM itu merupakan kebanggan sekaligus tanggung jawab yang besar untuk mengemudi dengan lebih berbudi dan rendah hati, betul? :)

0 komentar:

Posting Komentar