thanks for loving and being loved, I must be blessed
anugerah terbesar tentu jika kita dicintai oleh Allah sebagaimana kita mencintaiNya
saya pun belum menjadi manusia yang lebih baik, mengapa harus menuntut orang untuk jadi lebih baik? live my own life well, then mind the other's. toh arti baik itu pun sangat universal. asal tidak merugikan orang lain dan tidak menghancurkan diri sendiri, itu sudah termasuk baik bukan?. namun definisi lebih baik itu menjadi sangat sempit bagi seorang Milki. baik dalam arti yang bersikap seperti ini, tidak pernah melakukan itu, bertutur kata seperti ini, punya itu, mampu mencapai ini dan itu. dan Milki menjadi orang paling egois penuntut di dunia ini. saya sadar itu
"Aku tidak mungkin membuat orang menunggu selama itu dengan tingkat kepastian yang bahkan aku sendiri tidak bisa memastikannya"
selalu kalimat itu yang tidak pernah lepas dari pikiran ketika sedang berpikir tentang masa depan. dan hampir setiap waktu saya memikirkan kabar masa depan saya nanti. ketika saya memintanya memenuhi kriteria tertentu, berarti saya juga harus siap berubah. lalu apa yang sudah saya persiapkan? nothing. it seems more unfair.
"i'm preparing myself to accept person who suits me well. i have no idea whether he really suits me or not"
"bukankah memang di dalam hubungan interpersonal selalu ada ketidakadilan?Di dalam teamwork, selalu ada anggota yang menonjol dalam tim. Di dalam keluarga, selalu ada yang menjadi tulang punggung penghidupan dan imam. dua hal yang serupa tapi tidak sama. yang pertama adalah murni karena kemampuannya. yang kedua karena memang sudah jadi hukum Allah kalau suami selalu yang lebih tinggi posisinya, walaupun dengan istri sehebat apa pun di luar sana. dia tetaplah wanita yang harus selalu siap melayani dan patuh jika di rumah.
pernah seorang teman berkata
"wanita memang seharusnya menjadi seorang pemilih Mil. karena kewajibannya setelah itu adalah mengabdi. pertaruhannya sangat besar. dan itu bukan main-main. kita analogikan dengan cerita burung manyar yang dulu pernah aku ceritain"
saya benar-benar paham dengan hal itu. namun ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan. jika ada tagline sinetron "kita bisa hidup hanya dengan cinta", mungkin itu satu banding satu juta orang yang ada di bumi. dari tiap tiap itu mungkin hanya sepersekian yang mendapatkan kebahagiaan yang abadi. saya memang konservatif. atau termasuk orang yang hanya cari aman? entahlah
tidak bisa menutup mata antara batasan perasaan dan logika. namun saya tidak bisa membedakan mana yang lebih besar proporsinya. mungkin karena terbawa gen ibu yang selalu ingin tahu latar belakang orang yang dikenal, saya jadi ikut concern dgn urusan pribadi orang lain. bagaimana keluarganya? kerja dimana? punya kakak adik berapa? itu pendukung. yang utama jelas mengenai tingkat pengetahuan agamanya. lalu pendidikan formalnya. lalu sifat dan wataknya. baru latar belakang keluarga. family matter is great, right? when we marry, we will embrace two family in a unity.
semoga saya bukan termasuk golongan orang-orang yang selalu berpikiran buruk.
akhirnya
"kalau berjodoh pasti akan dipertemukan kembali dengan keadaan yang telah membuat kalian yakin satu sama lain. tidak ada lagi keraguan"
itu pesan singkat penutup teman yang saya ingat.
atau
"we deserved each the better one"