Dua puluh tahun lebih saya tinggal di Pati, kota yang mempunyai kombinasi tipologi yang lengkap - Pantai di sebelah utara dan dataran tinggi di sebelah barat- dengan infrastruktur yang setidaknya sudah memenuhi standar kabupaten di Pulau Jawa. Terlepas hanya merupakan sebuah formalitas pemenuhan fungsi birokrasi saja. tidak bisa dipungkiri bahwa Pati hanya berstatus kota kecil di hamparan pesisir pantai utara Jawa. melihat kenyataan seperti ini, saya selalu menggerutu pada diri sendiri "kenapa harus lahir dan besar di kota ini?" seiring berjalannya waktu pencitraan kota Pati menjadi sebuah ironi.
kami sebagai warga pati jujur merasa bangga jika ada beberapa orang yang menyebut-nyebut nama Pati, apalagi dilakukan oleh media massa. menjadi sebuah kebanggaan bagi kami bila di media cetak atau elektronik menyebut nama Pati. otomatis kami langsung mengekspresikannya lewat media sosial "eh Pati disebut-sebut lho disini".
contoh
@detikcom: Soimah lahir di Pati dan besar di Jogja
@mlkzza: wow Pati punya artis juga lho RT @detikcom: Soimah lahir di Pati dan besar di Jogja
@metro_TV: angin puting beliung rusak ratusan rumah di Pati
@mlkzza: Pati bisa kena angin ribut jg ya RT @metro_TV: angin puting beliung rusak ratusan rumah di Pati
contoh kedua itu lebih kepada keheranan daripada ekspresi simpatik. survey membuktikan sebagian besar berita dan artikel yang mencatut nama Kabupaten Pati bernada negatif, misalnya angin puting beliung di Kecamatan Kayen yang merusak rumah-rumah warga, Kekeringan yang melanda di beberapa kecamatan, banjir, dan yang paling ektrim adalah berita mengenai geng motor yang melakukan penganiayaan terhadap anak sekolah beberapa waktu yang lalu.
yah mungkin bisa dibilang kami terlalu menjunjung tinggi ego kedaerahan. toh menurut saya sah-sah saja asalkan masih dalam tahap wajar karena kami bukan bermaksud memamerkan Pati sebagai kota yang "wah" dibanding yang lain. justru sebaliknya sejujurnya ini lebih kepada usaha pengenalan daerah yang terbilang asing di telinga khalayak umum. saya hampir selalu menemui keadaan dimana orang benar-benar tidak tahu lokasi Kabupaten Pati. masih mending jika mereka masih bingung apakah Pati berada di Jawa Timur dan Jawa Tengah karena secara geografis Kabupaten Pati berada di Pantai utara Jawa Tengah sebelah timur yang hanya beberapa puluh kilometer dari batas wilayah Jawa Timur. lalu ada beberapa orang yang justru meragukan keberadaan Pati di tanah Jawa.
contoh 1
A: "Hai, salam kenal. aku Milki"
B: "Halo Milki. aku Reni"
A: "Reni dari mana asalnya?"
B: "Aku dari Solo (masih mainstream). Milki darimana?
A: "Pati"
...... (hening beberapa detik)
B: "Pati itu dimana ya?
A: ....
kondisi seperti inilah yang sering saya alami ketika bertemu dengan orang baru. dan sering berakhir dengan penjelasan panjang saya mengenai letak gegrafis pati beserta batas-batasnya. atau mentoknya saya menyebutkan kota besar yang berada di dekatnya, seperti Kudus, Jepara, Semarang. well ironi :o
sebenarnya hal tersbeut tidak terlalu material jika profil Kabupaten Pati sudah terkenal baik. memang tidak dipungkiri fakta menyatakan bahwa Pati mempunyai prestasi yang membanggakan dengan menyabet gelar Kota Kecil Terbersih beberapa tahun berturut-turut. bukannya saya merendahkan atau meremehkan, toh hal itu relatif dan bukannya kandidatnya cm beberapa. it was just little effort to get the title. hanya sebuah formalitas.
gaung dari Adipura itu pun kalah dengan predikat Pati sebagai Kota Ter-Dukun dan Kota Ter-Karaoke. coba saja ketika anda kebetulan bersafari di pantai ura Jawa dan melewati Pati. baru memasuki tapal batas Kabupaten saja anda bakal disambut deretan karaoke dengan papan nama yang disponsori oleh minuman alkohol dengan merk sejenis. tentu lah ini bukan karaoke keluarga seperti Happy Puppy atau Inul Vista. tampak luar dengan pencahayaan seadanya membuat kesan nakal itu semakin menjadi. entah memang begitu adanya template bangunan karaoke plus plus yang disepakati, dari pintu depan terlihat tidak ada aktivitas yang berarti. entah bagaimana di dalam. alhamdulillah saya belum pernah masuk.
hal ini tidak hanya mencederai moralitas warga Pati, tapi juga tingkat keamanan dan kenyamanan. bayangkan saja siapa yang berani melewati jalan tersebut kalo sendirian. bukan hanya karena banyak wanita2, tapi juga para penjaja dan penjaga yang sebagian besar berpenampilan seperti preman. belum lagi kos-kosan yang khusus dihuni oleh wanita-wanita pekerja karaoke. bukan hal yang baru kalau kos-kosan tersebut dijadikan basecamp dan tempat usaha part time para penghuninya. pernah terjadi beberapa kali perkelahian dan tawuran yang brujung dengan kematian. ada sebuah karaoke di pusat kota yang bertitel karaoke keluarga. saya yang hobi main2 pun pernah terbersit keinginan untuk mencoba. namun segera disadarkan oleh pengalaman teman. dia bersama 6 orang lainnya yang kebetulan cowok semua pernah masuk dan langsung ditawari oleh PK (Pemandu Karaoke) disana. Naudzubillah
lain lagi halnya dengan predikat Kota Ter-Dukun. memang kuantitas tidak sebanyak tempat karaoke, namun kemasyuran nya sudah melanglang buana kemana-mana. ada beberapa Padepokan spiritual yang menjual benda-benda berbau magis yang letaknya di daerah kota. banyak yang minta pertolongan supaya bisnisnya lancar, sukses ujian, tambah cantik/ganteng, hingga kadang2 menyelesaikan masalah. untuk poin terakhir bisa jadi dukun/paranormal menggunakan santet untuk menyiksa orang yang tidak disukai kliennya. Setan memang bisa mengganggu manusia dalam banyak rupa. kita yang harus menebalkan iman dan tentu menjaga hubungan baik dengan orang lain. hablum minallah dan hablum minannas harus selalu dijunjung tinggi.
nama Bos Edi, Jeng Har, Imam Suroso sudah terkenal di kalangan warga Pati. saya yang ga habis pikir, kegiatan konyol macam itu kenapa masih banyak yg percaya dan menggantungkan nasibnya? bagaimana tidak? buktinya, mereka makin lama makin kaya dan mampu memperluas usahanya dengan bikin radio, beli rumah sakit, dll. astaga, keep your sense. itu pekerjaan setan. kita hanya boleh berharap dan pasrah kepada Allah. namun sebelum itu kita harus bekerja keras dalam hal kebaikan. Allah tidak akan mengubah nasib kaumnya kecuali mereka sendiri yang mengubah apa apa yang ada di diri mereka.
bukan seorang warga yang baik jika dia membuka aib tanah kelahirannya sendiri. namun sebagai pribadi yang punya harapan besar untuk kemajuan daerahnya, ini adalah sebuah bentuk cinta dan perhatian yang lebih untuk kebaikan semua. hanya berharap Pati bisa memberi teladan yang baik untuk warganya. hal ini tentu hanya bisa dilakukan dengan kerjasama yang baik antara pemerintah dan warga. Karaoke dan padepokan menambah penerimaan daerah? toh kita bs mencari usaha lain yang lebih barokah. itulah pr pemerintah. menciptakan lapangan kerja yang amanah dan mempunyai prospek cerah. bukan hanya materi tapi bagaimana memberi pelajaran dgn anak cucu kelak bahwa kita bekerja untuk mencari ridhoNya melalui rezeki yang halal dan memberi manfaat kepada orang lain. semoga hal itu bisa terwujud
terlepas dari itu, saya masih mencintai Pati dengan pesona alamnya dan keramahan warganya :)